Minggu, 03 Mei 2009

Ahmad Kasmat Bahuwinangun

Tokoh kemerdekaan dan nasional, lahir di Kotagede, 15 Mei 1908, meninggal tahun 1996. Ayahnya seorang abdi dalem Kasultanan Yogyakarta, sedang ibunya seorang pengusaha emas dan intan terkenal di Kotagede. Dibesarkan di Kotagede, dididik guru mengaji Kyai Ibrahim, Kasmat sempat mengenyam sekolah Kristen milik Belanda, sebelum masuk ke Sekolah Kehakiman di Jakarta. Ia bekerja sebagai Panitera di Pengadilan Negeri, dan setelah ditempatkan di beberapa daerah, meneruskan studi ke Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta, dan Fakultas Hukum Universitas Leiden Belanda, hingga meraih gelar Mr. (Mister) tahun 1943.

Pernah menjadi Wakil Ketua PSSI, anggota pengurus besar Muhammadiyah, dan juga anggota pengurus besar Partai Islam Indonesia. Selain itu, ia juga menjadi anggota delegasi Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) di Jepang. Bersama dengan Kahar Muzakkir dan Faried Ma’roef ditangkap oleh Belanda pada masa Perang Dunia II karena dituduh mengadakan gerakan untuk menggulingkan pemerintahan Belanda. Mereka bertiga dijatuhi hukuman mati, tapi berhasil selamat karena pemerintah Belanda dijatuhkan oleh Jepang. Atas jasanya, pemerintah Indonesia penghargaan sebagai salah seorang perintis kemerdekaan.

Sejak tahun 1960-1963, Kasmat Bahuwinangun menjadi Rektor UII, setelah sebelumnya menjabat sebagai Dekan Fakultas UII. Ia menggantikan Prof. KH. Abdul Kahar Muzakkir sebagai rektor pada tahun 1960. Ia menduduki jabatan itu dalam waktu relatif pendek yakni hanya sekitar tiga tahun, tetapi dalam kepemimpinannya berhasil membawa UII berkembang lebih maju dengan dibukanya Fakultas Syari'ah dan Tarbiyah, cabang UII di luar Yogyakarta, dan diperolehnya status bagi fakultas-fakultasnya. Fakultas Syari'ah dan Tarbiyah dibuka pada tahun 1961 dan 1962 sebagai pengganti Fakultas Agama UII yang pada tahun 1950-an diambil alih oleh Departemen Agama.

1 komentar: